Potongan Gambar ini diambil dari surat kabar / koran Sumatera Ekspres (Palembang) tanggal 06 April 2016 pada halaman 13, uang lusuh yang dimusnahkan Bank Indonesia wilayah Sumatera selatan pada Februari 2016 lalu jumlahnya Rp.239,1 milyar. sebagaimana diketahui, Rupiah merupakan lambang
kedaulatan negara yang diatur dalam Undang – Undang nomor 7 tahun 2011, dan uang adalah alat pembayaran
yang sah, segala bentuk transaksinya di Indonesia harus diperlakukan secara
layak. Namun dalam kenyataan di masyarakat, tidak semua orang memperlakukan
uang dalam bertransaksi ataupun dalam mengelolanya ataupun dalam menyimpannya
secara baik. Tidak baiknya memperlakukan uang dapat dengan segera merusak
kualitas uang, untuk mengurangi tingginya nilai angka pemusnahan uang Lusuh,
Bank Indonesia (BI) telah menggalakkan program anti uang lusuh, secara teori,
untuk bisa meminimalisir penukaran uang
lusuh terjadinya uang lusuh harus diketahui dahulu penyebab uang menjadi lusuh,
lalu kemudian disosialisasikan dan dibuat suatu aturan agar uang tidak dibuat
lusuh. ada banyak penyebab uang lusuh, diantaranya :
- Ukuran saku celana, ukuran saku celana yang dibuat oleh para desainer (pencipta model celana dan pakaian) berdasarkan kenyamanan pengguna celana dan mode serta nilai seni atau keindahan celana, ukuran saku celana pada umumnya tidak mengikuti ukuran panjang dan lebar uang, karena desainer menilai fungsi saku bukan hanya untuk memasukkan uang saja. Ukuran yang berbeda dan kedalaman yang berbeda membuat pengguna celana harus melipat uangnya ketika memasukkan uang kedalam saku celana, jika tidak dilipat uang akan terlihat atau terjatuh atau berakibat lainnya saat duduk.
- Letak saku celana, letak saku celana tempat menyimpan uang biasanya dibagian pangkal paha depan atau dibagian bokong /pantat. Gerakan berdiri ke duduk atau sebaliknya dapat mempengaruhi tekanan atau himpitan terhadap uang yang ada didalam saku celana, begitupun pengaruh dompet yang ada didalam saku celana dibagian bokong/pantat.
- Bentuk dompet, dompet adalah tas kecil tempat menyimpan atau meletakkan uang saat beperjalanan, bentuk dompet untuk laki – laki dan bentuk dompet untuk perempuan berbeda, Pada umumnya dompet laki laki diciptakan desainer dompet berukuran panjang dan dapat dilipat, dan dompet perempuan berukuran pendek kecil tidak berlipat. Dompet wanita pada umumnya tidak untuk diletakkan disaku celana bagian belakang, sebaliknya dompet laki laki pada umumnya diletakkan disaku belakang, karena bentuknya lipatan maka uang yang ada didalam dompet akan ikut terlipat dan terkena tekanan/himpitan saat dimasukkan ke saku celana bagian belakang.
- Ukuran dompet, ada dompet yang panjang dan lebarnya sesuai ukuran uang, ada yang hanya panjangnya saja yang sesuai, ada yang hanya lebarnya saja yang sesuai, bahkan ada dompet yang ruang di dalamnya tidak sesuai ukuran uang, sehingga pengguna dompet harus melipat uang untuk dapat memasukkan uang ke dalam dompet.
- Cara menyusun uang (ikat karet). Cara menyususn uang di ikat dengan karet biasanya dilakukan oleh pedagang, uang didapat dari penjualan kemudian digunakan untuk membeli sesuatu barang lagi, penyusunan berdasarkan nilainya, misal: seikat bernilai Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah) seikat itu terdiri atas uang satuan ribuan dan puluhan ribuan. Bongkar pasang pengikatan dengan karet inilah yang dapat membuat uang menjadi lusuh.
- Cara memegang lembaran uang kertas (dalam genggaman tangan), pada umumnya ini dilakukan oleh anak - anak, orang dewasa juga, misalnya: membawa uang kertas selembar dari rumah ke suatu warung terdekat berjalan kaki tidak perlulah memasukkan uang ke dalam saku celana atau saku baju, agar nilai uang tidak terlihat orang lain, biasanya uangnya dilipat atau digulung dan digenggam dengan tangan.
- Cara meletakkan uang bercampur (dicampur uang logam dan /atau uang kertas nominal lain), pencampuran ini biasa dilakukan oleh pedagang atau sopir angkot, untuk mempermudah penyimpanan dan memberi uang kembalian uang diletakkan pada satu tempat, pada waktu mencari dan menghitung uang kembalian, uang yang ada di dalam penyimpanan itu dibolak balik, inilah yang membuat uang menjadi lusuh ataupun remuk.
- Cara penyerahan lembaran uang kertas melalui amplop (saat kondangan). Sudah lumrah jika menghadiri undangan pernikahan, menghadiri hajatan sunatan dan sejenisnya, kita memberi hadiah berupa sejumlah uang atau berupa kado, hadiah uang biasanya di bungkus di dalam sebuah amplop kecil, agar terlihat tebal uangnya dilipat, sewaktu memasukkan ke dalam kotak hadiah amplopnya dilipat lagi agar mudah dimasukkan, lubang tempat memasukkan uang juga sempit layaknya celengan, mau tidak mau amplop berisi uang tetap harus dilipat. Uang akhirnya menjadi lusuh/remuk saat dikeluarkan dari amplop.
- Cara penyerahan lembaran uang kertas secara cepat (dilempar), penyerahan semacam ini biasanya terjadi di pintu terminal Bus, para sopir bus yang tidak mau bus yang dikemudikannya masuk terminal biasanya meremas uang retribusi terminal lalu dilemparkan kepada petugas penarik retribusi, begitu juga yang sering dilakukan para sopir truk terhadap petugas penarik retribusi jalan, ukuran bus dan truk yang tinggi serta ramainya arus lalu lintas membuat sopir melakukan tindakan cepat seperti ini. Tentu saja uang yang dilempar jadi berbentuk bulat dan lusuh/remuk saat di bentangkan lagi.
- Penggunaan uang sebagai karya seni (untuk mahar), di masa kini mahar atau mas kawin pernikahan berupa uang tidak hanya dalam bentuk setumpuk uang, tapi uang itu dibentuk seperti sebuah benda atau hewan agar tampak indah dan berkesan saat diserahkan dan diperlihatkan kepada tamu dan keluarga pengantin wanita, keterampilan melipat kertas menjadi bernilai komersil ketika diterapkan untuk melipat uang mahar atau mas kawin pernikahan.
- Kena air, uang seharusnya harus dihindarkan terkena air, namun pada keadaan tertentu, uang tidak bisa terlepas dari sentuhan air, misalnya saat transaksi pedagang ikan atau pedagang daging dengan pembeli, tangan pedagang ikan hampir selalu bersentuhan dengan air, uang yang tersentuh air dapat membuat lusuh uang walaupun kemudiannya uangnya dikeringkan.
- Tempat meletakkan uang, tidak semua orang memiliki tempat penyimpanan uang yang baik, ada yang menyimpan uang dengan cara menaruhnya dibawah pakaian dalam lemari, diselipkan di dinding rumah dan sebagainya, yang tentu saja uangnya harus dilipat kecil agar tak terlihat orang lain.
- Bentuk tempat memasukkan uang sempit. Contohnya tabungan berupa celengan atau kotak amal di masjid, agar bisa dimasukkan, uang harus dilipat dan didorong masuk, dibuat kecil dn sempit agar tidak mudah dikeluarkan lagi dan tidak dicuri isinya.
- Sebagai alat berucap terima kasih dan menjaga kerahasiaan, biasanya dilakukan orang dengan cara bersalaman, uang dilipat kecil, lalu di genggam dalam telapak tangan, saat bersalamanan, penerima langsung menarik uang terrsebut ke dalam genggamannya.
Berdasarkan fakta tersebut, Bank
Indonesia harus menerapkan suatu ketentuan mengenai kewajiban setiap orang agar
merawat uang secara baik, jika uang dirawat secara baik, uang akan dapat
bertahan dengan waktu lama dalam peredarannya, tiada yang dapat memprediksi
kecepatan peredaran uang dari suatu Bank ke masyarakat lalu kembali ke suatu
Bank lagi. faktor penyebab lusuh atau remuknya uang tentunya sangat sulit diminimalisir, terutama faktor penyebab bentuk ukuran saku celana dan bentuk dompet, harus membudayakan dan menerapkan suatu desain khusus agar dompet dan saku celana diposisikan semisal diatas samping atau diatas Paha dengan ukuran sesuai ukuran uang, sehingga penyimpanan uang tidak harus melipat uang.
Demikian sekelumit tulisan
penulis, semoga bermanfaat bagi pembaca.
Penulis,
Fauzan Daromi,SH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar