Jumat, 10 Agustus 2012

SISTEM PEMBAGIAN SEMBAKO GRATIS

Gambar ini adalah contoh situasi pembagian sembako gratis, maraknya kegiatan pembagian sembako gratis bagi masyarakat yang dianggap kurang mampu biasanya terjadi pada kegiatan kampanye baik itu kampanye caleg ataupun kampanye pilkada dan sejenisnya, banyak pula kegiatan pembagian sembako gratis memang karena suatu moment hari khusus tertentu dalam keagamaan, misalnya di bulan ramadhan bagi umat islam, dalam prakteknya, kegiatan pembagian sembako gratis bukan tanpa resiko, walaupun telah ditentukan calon penerimanya dengan cara membagikan kupon terlebih dahulu, ada juga yang datang ingin meminta sembako tanpa kupon, hingga akhirnya terkumpullah massa dalam jumlah besar melebihi target, saat - saat seperti ini sering terjadi kekisruhan pembagian sembako hingga mngakibatkan korban, dari yang pingsan hingga terinjak-injak bahkan ada yang mengakibatkan kematian, berdasarkan fakta tersebut, perlu dibahas bagaimana cara mencegahnya atau sistemnya agar kegiatan pembagian sembako gratis dapat berjalan tertib dan lancar, ini antaranya:
  1. Kupon yang telah dibagikan sebelumnya harus diberi tanda nomor. dengan adanya penomoran dapat diatur  siapa yang harus lebih dahulu mendapat giliran mengambil sembako gratis.
  2. Dengan adanya penomoran kupon, dapat diatur waktu pembagian sembako berdasarkan jam, misalnya nomor 0001 sampai 0100 dibagikan jam 08.00-09.00 dan seterusnya.
  3. Dengan adanya penomoran, titik lokasi pembagian dapat dipecah agar tidak berjubel, misalnya jika tempat pembagiannya disebuah lapangan sepak bola: satu titik dibagikan disebelah utara, satu titik lainya disebelah selatan dan seterusnya.
  4. Sebaiknya pembagian sembako dilakukan dibawah tenda atau tempat tertutup atau dalam bentuk lain yang dapat membuat masyarakat nyaman mengantri.karena cuaca yang tidak nyaman dapat meningkatkan emosional masyarakat yang ingin segera memperoleh haknya.
  5. Sedapat mungkin dibuatkan lajur / garis batas untuk mengantri.
  6. Sedapat mungkin tempat pembagian adalah tempat terbuka, luas dan nyaman serta dapat menampung masyarakat calon penerima sembako gratis sesuai jumlah yang ditargetkan.
  7. Bagi penerima kupon sembako disarankan tidak sambil membawa balita saat mengantri, atau bagi orang yang sudah uzur dapat diwakilkan kepada pihak lain untuk mengantri.
  8. Panitia kegiatan harus konsisten dengan waktu, jangan biarkan masyarakat lama mengantri.
  9. Panitia kegiatan bagian keamanan harus tegas dan mampu memberi arahan yang baik bagi mereka yang memaksakan diri meminta sembako gratis padahal diketahuinya ianya tidak memiliki kupon sembako gratis.
  10. Sedapat mungkin, jauh-jauh hari sebelum kegiatan, panitia kegiatan telah menegaskan target maksimal pembagian sembako, agar yang datang meminta sembako tidak melebihi target yang tersedia.
  11. Para calon penerima sembako hendaknya benar - benar orang yang tidak mampu dalam pandangan masyarakat setempat dan memang mereka penduduk setempat, jika ada yang dianggap tidak layak sebagai penerima sembako gratis maka akan muncul kecemburuan sosial, jika kecemburuan sosial sudah muncul maka kekisruhanlah yang akan terjadi dalam kegiatan tersebut.
  12. Agar dapat memilih calon penerima sembako gratis yang pantas,  panitia kegiatan harus bekerja sama dengan pengurus Rukun tetangga / rukun warga / pemerintah setempat yang berwenang dalam hal pendataan penduduk.  
Demikian sekelumit pendapat penulis, masih banyak metode lainnya yang belum penulis ketahui, semoga yang sekelumit ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis,
Fauzan Daromi,SH

Kamis, 02 Agustus 2012

PERMASALAHAN JEMBATAN PENYEBERANGAN JALAN

Gambar ini adalah jembatan penyeberangn depan Rumah Sakit Moehammad Hoesin (RSMH) Palembang, walaupun telah ada jembatan penyeberangan jalan, namun tidak sedikit masyarakat yang beraktifitas dari sekitar dan ke RSMH palembang  jika menyeberang jalan tidak memanfaatkan jembatan penyeberangan yang telah tersedia, mengapa? ini antara lain penyebabnya :
  1. Tinggi jembatan terlalu menjulang, untuk menaiki tangga harus menggunakan tenaga ekstra, jika yang akan menyeberang tergolong orang yang sudah tua, orang gemuk, atau orang yang sambil membawa sesuatu  barang cukup berat, tentu akan keberatan jika harus menaiki tangga jembatan penyeberangan jalan.
  2. Jarak tempuh perjalanan akan lebih jauh, karena harus naik keatas tangga dan kemudian turun tangga.
  3. Waktu yang digunakan menjadi lebih lama, jika melalui jembatan penyeberangan akan membutuhkan waktu lebih dari 2 (dua) menit.
  4. Masyarakat menilai tingkat keramaian kendaraan di bawah jembatan penyeberangan  belum begitu padat dan masih ada celah untuk menyeberang.
  5. Tidak adanya pagar pembatas yang cukup tinggi. jika pembatas pagar ditengah jalan tidak tinggi dan masih mudah dilangkahi, masyarakat cenderung berusaha melangkahinya atau melompatinya.
  6. Kurang nyamannya situasi diatas jembatan penyeberangan karena adanya suatu aktifitas tertentu selain pejalan kaki dan situasi jembatan terkesan tertutup rapat hingga masyarakat takut akan adanya aksi  kriminal.
  7. Titik Lokasi jembatan penyeberangan tidak strategis, karena dianggap masih jauh dari tempat umum yang menjadi kepentingan masyarakat. masyarakat malas berjalan kaki memutar hanya untuk menyeberang jalan saja. misalnya: titik lokasi jembatan penyeberangan jaraknya lebih dari 100 meter dari lokasi sebuah sekolah.
  8. Si penyeberang Phobia /takut akan ketinggian. 
Demikian pendapat penulis, ini hanya sekelumit, semoga bermanfaat bagi pembaca.

Penulis,
Fauzan Daromi,SH